Dulu, kalau kita bertamu ke rumah orang, hampir pasti di
bawah meja atau di pojok ruangannya ada tumpukan buku, koran, atau bahan bacaan
lain. Sekarang, sekadar album foto pun sudah tidak ada.
Album foto tidak tersedia sih tak masalah. Kita tahu di mana
sekarang kenangan itu tersimpan, ada gawai dan penyimpanan awan yang sekarang
lebih besar muatannya dibanding album yang terbatas.
Tapi bukunya di mana? Oh ya, kan ada e-book alias buku
elektronik (bukel). Karena sekarang hampir semua orang punya ponsel pintar,
yang kecanggihannya telah menggusur banyak barang, termasuk buku.
Pada 22 Oktober 2019 kemarin, Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi menggelar rangkaian acara terkait literasi, sekaligus
launching iPustaka Jambi.
Aplikasi
iPustaka Jambi sudah lama sekali ada di ponselku. Rasanya sudah lebih satu
tahun, menyusul iPusnas yang lebih dulu kupasang. Senang sekali dengan adanya
aplikasi ini, bisa jadi alternatif daripada mengoleksi bukel. Lah, memang apa
salahnya?
Percaya gak percaya, meski banyak yang mengunduh e-book,
hanya sedikit yang benar-benar membacanya. Dengan adanya “perpustakaan digital”,
kita jadi menghemat ruang penyimpanan gawai, sekaligus menghemat dosa.
Tidak sedikit yang menyadari bahwa kebanyakan bukel yang
seliweran di internet sebenarnya tidak legal. Sekadar mengunduh tanpa
membagikannya pun bisa dianggap pembajakan. Kecuali jika bukel tersebut diunggah langsung oleh penulisnya atau lembaga yang telah memegang hak cipta, semisal Kemdikbud dan semacamnya.
hukumonline.com |
Selain melanggar hukum, mengunduh e-book sembarangan juga berbahaya untuk ponsel atau komputer/laptopmu. Kamu pikir para pembajak mau begitu saja membagikan hasil bajakan mereka secara cuma-cuma?
Sering kan, kamu mengklik sebuah tombol untuk mengunduh tapi
akhirnya malah diarahkan ke halaman yang gak jelas? Atau malah salah unduh,
tahu-tahu terpasang aplikasi gak penting, yang malah membuat gawaimu berat?
Itu karena pemilik laman tempat kamu dijanjikan dapat buku
gratisan telah bekerja sama dengan pengembang aplikasi. Atau bekerja sama
dengan penerbit iklan yang menginginkan kamu mengklik iklan mereka. Sudah membajak,
menipu lagi!
Solusinya? Gak ada yang spesial sih. Ya beli buku aja. Yang asli.
Membaca buku, bagaimana pun lebih nyaman daripada membaca dari gawai. Membeli yang
asli berarti menghargai karya orang lain. Toh beli bajakan pun kamu tetap
keluar uang, kan?
Review novel bagus, kamu wajib punya!
Sederhananya, apa yang kita buat, pasti kembali ke kita
lagi. Aku sebagai penulis tahu banget rasanya karya tidak dihargai. Tapi soal
rezeki sudah ada yang mengatur. Orang zalim itu tidak merugikan kecuali dirinya
sendiri.
Nah, dalam rangka bulan bahasa, biasanya ada banyak penerbit
yang menjual buku dengan harga lebih murah. Hunting promo atau buku bekas
sekalian, lebih berintegritas daripada kamu membeli buku bajakan atau sekadar
mengunduh bukel.
Tapi karena ekonomi sekarang memang sedang lesu, tak ada ruginya main ke perpustakaan, taman baca masyarakat, atau seperti saranku di atas; unduh aplikasi iPusnas. Legal dan mudah!
Saay juga lebih suka baca buku lewat cetakannya.
ReplyDeleteKalau di HP, mah capek. Sakit ke mata.
Dan udah lama saya komitmen, baca yg original.
Iya maunya beli buku aja sih ya. Kalau saya memang nggak suka baca PDF. Sukanya baca buku langsung. Paling mengunduh PDF buat yang data-data primer aja bukan berupa buku digital.
ReplyDeleteMulai dari sekarang jadi harus lebih hati-hati ya mbak, kalo mau mengunduh ebook, harus dengan yang resmi
ReplyDelete