Photo by Glenn Carstens-Peters on Unsplash |
CARA MEMBUAT CERPEN UNTUK PEMULA. Judulnya jelas dan lugas ya! Jadi kalau kamu sudah
berpengalaman, gak usah sok-sok merendah dengan masuk ke artikel ini. Apalagi
kamu yang gak niat nulis cerpen. Lah iya!
Cara membuat cerpen yang baik dan benar sudah gak musim lagi.
Karena kata baik dan benar, itu terlalu mengikat. Seolah ada SOP yang tegas
mengatur seluruh manusia di Bumi agar mematuhi aturan percerpenan. Padahal,
sekarang orang lebih tertarik cerpen yang kreatif dibanding yang baik dan
benar. Sebab yang baik belum tentu kaya. Yang benar belum tentu ganteng.
Memangnya siapa sih admin yang kepedean bikin artikel cara
menulis cerpen ini? Yah, siapa sih yang kenal? (tidak ada kata yang
terlewat) Coba kamu ketik “cerpen syarifah lestari” di Google. Paling yang
muncul Kambing Jantan Ibumu di Kompasiana, Celana Kakek di IDN, Lebaran Keempat
entah di mana (memangnya kurang kerjaan, menghafal halaman Google!)
Padahal di sini ada banyak contoh cerpen yang bisa kamu nikmati.
Walaupun mungkin gak bagus-bagus amat, tapi percaya deh.
Masih ada miliaran manusia di luar sana yang kalau dipaksa nulis cerpen,
hasilnya lebih gak bagus lagi.
Biasanya kalau jadi pemateri menulis kreatif, pertanyaan
yang sering diajukan peserta adalah bagaimana cara menulis cerpen untuk pemula?
Bagaimana proses kreatifnya? Apa inspirasi terbesar? Hampir pasti gak jauh-jauh
dari itu. Untunglah, jadi mudah menjawabnya.
Coba mereka tanya, di mana Bill Gates terakhir makan? Siapa
nama asli Firaun? Berapa harga bakso di Nigeria? Pasti ribet.
Tapi tetap beda dengan pertanyaan yang diajukan anak-anak sekolah terkait cerpen. Misalnya apa pengertian cerpen, bagaimana struktur cerpen yang benar, struktur ekstrinsik cerpen, dsb, yang lebih bikin susah hati.
Percaya deh, yang beneran mau nulis cerpen gak akan tanya pertanyaan-pertanyaan ribet semacam itu.
Sebagai pemula, yang paling gampang adalah menulis pengalaman pribadi. Akan muncul pertanyaan berikutnya, bagaimana cara menulis cerpen dari pengalaman pribadi?
hey mau ke mana? nulis dulu! |
Pertama, kamu tulis apa yang ingin ditulis!
Apakah itu kisah sedih, lucu, atau tragis sekalipun. Ketik
di laptop luring aja! Gak tahu luring? Main ke laman KBBI atau pasang
aplikasinya di ponselmu!
Jangan buru-buru mengunggah cerpen pribadimu ke media
sosial. Meski bisa viral, tapi rawan perundungan (bully). Setelah semua puas
kamu luapkan pada ketikan (katakanlah) Word. Waktunya mengubah sudut pandang.
Tadinya kamu jelas menulis cerita dengan tokoh aku/saya kan?
Karena pengalaman pribadi. Sekarang jadilah penulis!
Lepaskan diri dari kamu sebagai tokoh, jadilah kamu sebagai penulis!
Tulis ulang sebuah cerita, dengan tokoh utama orang ketiga
(dia) atau bisa tetap sudut pandang (point of view) orang pertama (aku/saya)
tapi sebagai seseorang yang menceritakan kejadian. Bukan yang mengalami.
Tujuannya, agar kamu lepas dari kisah itu. Sehingga pembaca melihat karyamu
sebagai sebuah cerita, bukan curhatan.
PENTING!
Sebelum memulai, pastikan kamu sudah menyiapkan ending yang oke.
Sebenarnya yang kumaksud adalah outline/kerangka karangan.
Tapi menulis fiksi itu lebih luwes daripada nonfiksi. Kalau kamu menulis opini,
esai, dsj, kamu wajib menulis pokok-pokok yang akan dikembangkan. Untuk karya
tulis ilmiah, misalnya, kamu pastinya harus menentukan pembuka, isi, dan
penutup artikel.
Nah, di cerpen, mungkin penulis lain juga mewajibkan diri
(dan orang yang menerima ilmu darinya) untuk membuat outline terlebih dulu.
Tapi aku pribadi agak tertekan kalau diatur-atur begitu. Jadi gampangnya,
siapkan ending supaya cerpen kita terarah dari awal, konflik, hingga usai.
Kenapa konflik tidak disinggung? Karena kan tadi berangkat
dari pengalaman pribadi. Sejak kamu menuliskannya di awal, tentu sudah ada
konflik. Ibarat cerita kosong di rumah tetangga. Kalau kamu baru beli mangga dan
gak terjadi apa-apa masa iya kamu cerita.
Beda ketika dalam manggamu ada naganya, pasti tanpa ada yang
bertanya, kamu bakal cerita ke seantero jagat. Nah, naga itulah konfliknya.
Kamu putuskan endingnya bagaimana, baru mulai menulis.
Kalau malah bingung, tinggalkan sebentar laptopmu. Ambil
contoh cerpen di buku. Baca!
Buku, ya! Sebab kalau baca di HP, akan muncul notifikasi WA
lah, IG lah, dan aneka pemberitahuan yang membuatmu hilang fokus. Eh, kok tahu?
Iyalah, ribuan kali aku mengalaminya!
Semakin banyak membaca, semakin banyak referensi. Tak
masalah kalau cerpen kita nantinya mirip karya si anu, kayak si ini. Yang
penting asli buatan sendiri, bukan copas. Nantinya akan muncul gaya kita
sendiri seiring banyaknya membaca dan berlatih menulis.
Selain soal rasa, dengan banyak membaca biasanya kita jadi
mudah memahami kata-kata baku tanpa harus bolak-balik membuka KBBI. Kecuali pada
kata-kata tertentu atau istilah yang membingungkan, kamu wajib cek dulu PUEBI (Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia) sebelum menggunakannnya.
Setelah memutuskan ending yang akan dibuat, ketik saja
dengan bahasamu sendiri. Di luar halaman yang akan diketik cerpen utuh (dokumen
lain). Nantinya, ending ini tidak harus kamu patuhi. Kalau di tengah jalan kamu
berubah pikiran, sah-sah saja mengganti penutup cerita. Toh itu cerpenmu.
Setelah ending disiapkan, baru mulai cerpenmu dari pembuka.
Agar menarik untuk dibaca, hindari membuka cerpen dengan
kalimat pada suatu hari, di pagi yang cerah, atau yang setipe
dengan itu. Sebab zaman ortumu masih bayi, pembuka cerpen model itulah yang
biasa seliweran di buku dan majalah.
Alternatifnya bisa dengan ledakan, percakapan, atau
deskripsi latar. Contoh:
Boom! Sesuatu meledak tepat di bawah bokongnya.
“Kamu kedinginan? Sini kupeluk!” tawarnya pada Bimo, kucing
oranye yang meringkuk manis di samping dingklik.
Segaris arang memanjang di salah satu sisi ruang itu. Hitam
tegas, merontokkan lumut yang lebih dulu tumbuh di sana.
Dan macam-macam pembuka lainnya. Bingung mau pakai kalimat
apa?
Tinggalkan laptop, baca buku lagi!
Setelah fresh, lanjutkan menulis. Setiap mentok, baca buku.
Cari buku yang menarik ya! Buku yang proses membacanya bisa kamu nikmati. Kalau
belum ketemu buku yang menarik, ganti dengan nonton film. Kalau gak dapat juga
… tidur!
Setelah cerpenmu jadi, jangan langsung berpuas diri. Endapkan
dulu minimal satu hari. Kalau perlu satu pekan.
Tujuh hari kemudian, ketika kamu membaca cerpen itu, kamu
adalah orang lain. Bukan penulis.
Di situlah kamu lebih fair dalam menilai karyamu. Karena
hal-hal yang sebelumnya ada di pikiranmu saat ini sudah bukan bagianmu lagi.
Ketika ada ketikan yang salah, kamu lebih mudah menemukannya. Ketika ada bagian
yang rancu, kamu akan merasakannya sendiri.
ringkasnya begini, mblo! |
Jangan ragu untuk mengirimkan ke media atau bagikan di blog
atau platform tertentu. Pastikan kamu tidak mengirim naskah yang sama ke lebih
dari satu media. Atau menerbitkan ulang cerpen yang sudah diterbitkan media/web
lain di blog/medsosmu. Kenapa? Tak beradab.
Apalagi kalau cerpen yang sudah kamu pajang di medsos
kemudian kamu ikutkan ke lomba yang panitia sudah menyebutkan syarat “belum
pernah dimuat di media lain”. Meskipun kamu menghapusnya dari medsos/blogmu,
bisa saja ada orang atau malah juri yang kadung pernah membacanya.
Bukan satu dua kali aku mendapati karya begini ketika jadi
juri. Alhasil, naskah didiskualifikasi. Selain itu, melakukan tindakan begini
jelas merupakan kecurangan. Sebagai orang yang berkecimpung di dunia literasi,
malulah. Karena integritas merupakan sikap yang diagung-agungkan di ranah ini.
Setelah membaca ulasan “cara menulis cerpen untuk pemula” di
atas, kamu masih tunda-tunda menulis? Mulai sekarang dong!
Hmm, mantul 😀
ReplyDeleteProsespengendapan cerpen ini penting banget sebenarnya agar kita bisa membaca ulang di lain waktu dengan penuh objektivitas.
ReplyDeleteterimakasih ilmunya mbak, aku benar-benar pemula kalau urusan cerpen. Apalagi dalam hal membuat sebuah konflik hingga yang namanya alur cerita. Suka kesal dengan hasil ceritanya yang datar.
ReplyDeleteEmpat paragrap awal bikin senyum sekaligus trenyuh. Membangkikan kenangan masa lalu...
ReplyDeleteDulu saya suka sekali baca cerpen. Pengen nulis cerpen juga. Ada beberapa cerpen yang lahir dr tangan kreatif saya.
ReplyDeleteTapi sekarang, lebih sering nulis artikel.
Mungkin, cara menulis cerpen ini bisa saya terapkan.
Pengen nulis cerpen lagi soalnya.... 😁
ayolah! masa cuma aku yg masih nulis cerpen, haha
DeleteArtikelnya sangat bermanfaat...
ReplyDeleteTerima kasih ilmunya kak Tari... sangat membantu dan memotivasi saya untuk lebih sering menulis
ReplyDelete