Rasanya tidak ada di dunia ini orang yang tidak mengenal Tarzan, tokoh fiktif yang dibesarkan oleh hewan. Tapi tidak banyak yang mengenal Gua, simpanse yang dibesarkan bersama anak manusia, oleh psikolog Winthrop Niles Kellogg.
Awalnya Gua memang cepat meniru manusia, ia bertingkah mirip dengan “saudaranya”, Donald, anak dari Kellogg dan istrinya.
Tapi sembilan bulan kemudian, Kellogg memutuskan menghentikan penelitian, dan mengembalikan Gua ke pusat primata. Alasannya, Donald yang sudah bisa bicara justru meniru suara Gua, bukan sebaliknya.
Perbandingan kisah Tarzan yang fiktif dan Gua yang nyata, bisa menjadi bahan analisis, bagaimana menurutmu kisah 8 anak liar yang hidup bersama hewan di bawah ini?
1. Dina Sanichar, Inspirasi The Jungle Book.
wikipedia |
Jangan bilang kamu belum pernah tahu dengan buku karya Rudyard Kipling, The Jungle Book. Yang ceritanya tentang Mowgli itu loh! Anak yang hidup bersama sekawanan serigala.
Kalau tak tahu bukunya, minimal pernah melihat filmnya. Nah, kisah fiktif itu sebenarnya terinspirasi kejadian nyata di India pada tahun 1872.
Sekelompok pemburu menemukan seorang bocah di antara sekawanan serigala di kedalaman hutan India. Bocah tersebut berjalan menggunakan kaki dan tangannya, bersama-sama serigala hidup di dalam gua.
Oleh para pemburu, gua itu dibakar. Ketika serigala dan si bocah keluar, serigala dibunuh dan anak itu mereka bawa ke panti asuhan.
Niatnya sih baik, tapi bocah yang kemudian diberi nama Dina Sanichar itu nyaris tak pernah berhasil “menjadi manusia”. Ia tak bisa bicara, susah mengenakan pakaian, dan ber-IQ sangat rendah.
Dalam keadaan belum sempurna menjadi manusia, Sanichar malah dikenalkan pada rokok, yang membuatnya mengidap TBC dan wafat di usia muda (29 tahun).
2. Bello, Ditinggal Karena Cacat.
monkeyland.co.za |
Etnis Fulani adalah kelompok nomaden yang hidup di Nigeria. Sudah menjadi kebiasaan mereka, meninggalkan anak yang cacat saat berpindah lokasi.
Pada tahun 1996, seorang bocah ditemukan oleh pemburu, hidup bersama simpanse di hutan Falgore, 150 kilometer selatan Kano, Nigeria Utara.
Anak itu kemudian dibawa ke rumah Tudun Maliki Torrey di Kano, dan diberi nama Bello. Pada banyak kasus, anak-anak yang ditinggal di hutan akan berakhir dengan kematian. Tapi Bello sepertinya telah diadopsi oleh simpanse yang menyusui.
Di tempat barunya, Bello berjalan sambil menyeret tangan depannya. Ia suka bertepuk tangan di atas kepala, melompat, dan bersuara seperti simpanse. Sekarang Bello sudah wafat, tepatnya di tahun 2005 lalu.
3. Daniel, Bocah Kambing Gunung.
needpix |
Ditemukan pada tahun 1990 di Pegunungan Andes, di Peru. Daniel diperkirakan berusia 12 tahun saat pertama ditemukan.
Nama Daniel diberikan oleh tim dari Kansas State University dan University of Kansas (dua universitas yang berbeda ya!) yang meneliti tentang bocah tersebut.
Daniel diperkirakan hidup bersama kambing gunung selama 8 tahun. Ia berjalan di perbukitan dengan tangan dan kaki, berkumpul bersama kambing, minum susu kambing, dan makan akar serta buah beri.
4. The Gazelle Boy.
thriftbooks.com |
Gazel adalah hewan sejenis antelop yang mirip dengan rusa. Mereka hidup berkelompok di alam liar dataran Asia dan Afrika. Hewan ini memiliki kecepatan lari yang luar biasa.
Ada dua versi mengenai The Gazelle Boy. Pertama, seorang antropolog bernama Jean Claude Auger ketika melintasi Sahara Spanyol pada tahun 1950-an, mendengar kisah tentang anak yang hidup bersama sekawanan gazel.
Auger kemudian mengamati tempat yang dimaksud berdasarkan petunjuk para pengembara Suku Nemadi. Butuh berhari-hari untuk ia bisa menemukan anak yang dimaksud.
Bocah itu diperkirakan berusia 10 tahun, berjalan merangkak, sesekali berdiri. Dalam keadaan tidur pun, The Gazelle Boy (sepertinya tidak ada yang berminat memberi bocah ini nama!) masih tampak waspada.
Ia biasa mengendus-endus, menggerakkan kulit kepala, hidung, dan telinga, sebagai respons terhadap situasi sekitar.
Dua tahun setelah pertemuan pertama, Auger kembali ke tempat tersebut bersama rekannya dan menangkap sang bocah. Dalam proses penangkapan, Auger harus mengejar The Gazelle Boy dengan jip karena bocah itu mampu berlari hingga 51-55 km/jam.
Setelah berhasil ditangkap, tak lama si bocah kabur. Penangkapan berikutnya dilakukan dengan jaring yang diikat ke helikopter, tapi usaha ini juga gagal. The Gazelle Boy berlari sangat kencang dan mampu melompat setinggi hampir 4 meter.
Hewan-hewan Berumur Panjang Melebihi Manusia
Versi kedua, Amir Lawrence al Sha’alan, kepala suku Ruweili, telah menangkap seorang bocah di sebuah gurun pasir yang membentang sepanjang Transyordania, Suriah, dan Irak.
Bocah itu kemudian dibawa ke kota, diberi makan dan pakaian. Tapi karena sang bocah berkali-kali kabur, akhirnya Lawrence menyerahkannya ke dokter Musa Jalbout.
Menurut Jalbout, The Gazelle Boy bertindak sangat identik dengan gazel. Ia tidak berkata-kata, tapi bersuara seperti antelop atau rusa, makan rumput-rumputan, dan memiliki tinggi sekira 170 cm.
Pada versi kedua ini, The Gazelle Boy diperkirakan berusia 15 tahun. Tapi baik versi pertama maupun kedua dianggap sama-sama cerita fiktif. Sebab tidak banyak bukti yang menunjukkan keberadaan The Gazelle Boy, kecuali buku berjudul Gazelle Boy yang ditulis Jean Claude Armen.
Jean Claude Armen sendiri diperkirakan adalah nama pena dari Jean Claude Auger. Hal lain yang juga menguatkan fiktifnya si bocah gazel adalah kemampuan berlarinya yang digadang-gadang (pada banyak sumber) sampai 80 km/jam!
Hal tersebut tentu mustahil, karena tubuh manusia dirancang tidak untuk berlari sekencang itu. Evolusi juga tak sesakti itu keleus!
5. Kamala dan Amala, “Anak Serigala” yang Dikira Hantu.
psychologylib.ru |
Kisah Kamala dan Amala dituturkan oleh seorang pendeta, JAL Singh, di Midnapore, India. Menurut sang pendeta, ia menemukan dua anak perempuan itu pertama kali pada Oktober 1920.
Michael Newton, dalam bukunya Savage Girls and Wild Boys: A History of Feral Children, menuliskan, Singh didatangi oleh penduduk yang memintanya mengusir hantu.
Ketika Singh dan kelompoknya mendatangi tempat yang dimaksud, yang mereka temukan adalah sekawanan serigala dan dua bentuk makhluk. Ketika orang-orang hendak menembak “makhluk” itu, Singh melarangnya.
Singkat cerita, mereka berhasil menangkap “hantu” yang ternyata adalah dua anak kecil dengan rambut panjang yang kusut. Keduanya berjalan dengan kaki dan tangan, meniru serigala.
Singh dan istrinya mengurus dua anak ini di panti asuhan mereka. Menurut pengakuan Singh, Kamala dan Amala sering melolong di malam hari. Lidah mereka selalu terjulur, dan mampu mencium aroma daging dari jarak yang jauh.
Masih menurut penuturan Singh, saat ditemukan, Kamala berusia sekira 8 tahun, sedangkan Amala 1,5 tahun. Pada September 1921, kedua anak itu sakit, yang mengakibatkan Amala meninggal dunia.
Karena cerita yang fantastis itu, pada 1928 Psychological Society of New York mengundang Singh untuk datang ke Amerika Serikat bersama Kamala. Karena alasan kesehatan Kamala, undangan itu tidak dipenuhi.
14 November 1929 pagi, Kamala menyusul Amala, ia meninggal dunia karena sakit yang ia derita sejak setahun terakhir.
Para ilmuwan tidak sepenuhnya percaya pada pengakuan Singh. Sebagian bahkan beranggapan Singh hanya mengarang cerita untuk mengumpulkan banyak dana bantuan.
Alih-alih dipelihara serigala, berdasarkan ilmu pengetahuan modern, Kamala dan Amala disinyalir mengidap rett syndrome (kelainan otak genetik). Sebab serigala secara alami tidak mengasuh anaknya sendiri dalam waktu lama.
6. John Ssebunya, Anak Monyet dari Uganda.
Seorang perempuan desa bernama Millie tengah berjalan sendirian ketika sekelompok monyet melintas di atasnya. Yang mengagetkan Millie, di antara para monyet Afrika itu, ada anak manusia yang kemudian bersembunyi di balik pohon.
Peristiwa itu terjadi pada tahun 1991 di Kampala, Uganda. Setelah ditangkap, bocah yang diperkirakan berusia 5 tahun itu dimandikan. Maka terlihatlah berbagai bekas luka di tubuhnya.
Setelah ditelusuri, akhirnya diketahuilah bahwa anak itu adalah John Ssebunya, seorang anak yang hilang di desa tetangga. Ssebunya kabur dari rumah karena dianiaya ibu tirinya (versi lain menyebut, ia melihat ayahnya membunuh ibunya).
Ssebunya masuk ke dalam hutan, kemudian bertemu dengan monyet, ular, dan hewan-hewan lainnya. Informasi yang didapat belakangan digali dari pengakuan Ssebunya sendiri, yang sekarang sudah dewasa dan mampu bicara, bahkan bernyanyi.
Lewat berbagai analisis dan penelitian, ahli primata, Debbie Cox, menyimpulkan, Ssebunya tidak terlalu lama di hutan. Ia tidak diasuh oleh monyet, tapi hidup bersama mereka. Ssebunya kemungkinan besar sudah bisa bicara ketika ia lari ke hutan.
Terlambat memahami bahasa dan kelemahan mental lainnya lebih karena faktor trauma terhadap kehidupan di rumahnya, daripada kerasnya hidup di hutan.
Beruntung Ssebunya bertemu dengan monyet jenis Cercopithicus Aethiops (monyet hijau Afrika) yang relatif lebih toleran terhadap hewan jenis lain di kelompoknya. Karena tidak semua monyet bersikap demikian, beberapa bahkan biasa memakan bayi dari jenis primata lainnya.
Keberuntungan Ssebunya tak sampai di situ, ia kemudian diadopsi oleh Paul dan Molly Wasswa, pasangan yang telah mengasuh banyak anak yatim sebelum kedatangannya.
7. Vanya Yudin, Si Anak Burung.
impactlab.net |
Inilah alasan kenapa kamu perlu cari istri yang “beres” sebelum memutuskan untuk punya anak. Galina Volskaya, seorang pekerja sosial di Rusia, bercerita tentang pengalamannya menemukan seorang anak yang dikurung bersama burung di sebuah apartemen.
Ketika ditemukan di Kirovsky, Volgograd, anak ini berusia sekira 7 tahun. Ia tidak bisa bicara, hanya melakukan gerak mengepak tangan seolah itu adalah sayap, dan berkicau seperti burung.
Vanya Yudin, nama bocah itu. Ia diperlakukan seperti burung-burung peliharaan ibunya. Tidak diajak bicara, hanya diberi makan dan dikurung. Karena tidak pernah berinteraksi dengan manusia, anak itu seolah menganggap dirinya adalah burung.
Menurut pihak berwenang Rusia, tidak ada tanda kekerasan fisik yang dialami Vanya Yudin, tapi anak itu dipastikan mengidap “sindrom Mowgli”, merujuk pada kisah Mowgli yang sudah kuulas di awal.
Vanya Yudin ditemukan tahun 2008, ia kemudian dirawat di rumah sakit jiwa untuk mengembalikan insting manusianya. Info terakhir, bocah malang itu dipindahkan ke pusat perawatan psikologis.
Sangat sedikit informasi yang bisa dicari terkait Vanya Yudin. Kemungkinan pemerintah setempat sengaja menyembunyikan info terkait bocah tersebut untuk menyelamatkan mentalnya di masa depan. Sebab jejak digital itu kadang-kadang jahat kan!
8. Oxana Malaya, Cewek Anjing dalam Arti Sebenarnya.
Ini bukan makian ya, Oxana Malaya benar-benar bertingkah layaknya anjing. Jalan dengan kaki dan tangan, melompat seperti anjing, mengendus makanan, bahkan menyalak dengan suara persis anjing!
Oxana tinggal di Blagoveshchenka, Ukraina. Ia bukan anak yang kabur atau tersesat di hutan seperti kisah anak liar umumnya.
Yang membuat Oxana “berubah” menjadi anjing adalah kecanduan orang tuanya pada alkohol, yang menjadikan mereka lalai terhadap anak.
Oxana tinggal selama lebih kurang 5 tahun di kebun belakang rumahnya. Ia tidur di kandang anjing, makan dan hidup bersama hewan-hewan peliharaan maupun anjing liar yang ada di sana.
Ketika kondisi Oxana Malaya diketahui khalayak dan ia dijemput oleh petugas berwenang, anjing-anjing yang sudah menjadi keluarganya mengusir petugas yang datang.
Penjemputan Oxana terjadi di tahun 1991, saat itu ia berusia 8 tahun. Pada 2010, Oxana sudah menjadi manusia seutuhnya. Ia tinggal di sebuah klinik untuk orang-orang cacat mental dan membantu memelihara sapi milik klinik tersebut.
Meski telah jauh berubah, Oxana mengaku momen paling membahagiakan adalah ketika ia berada di antara para anjing. Bisa jadi, di antara manusia di dunia, hanya Oxana Malaya yang tidak marah ketika dipanggil cewek anjing!
Sebenarnya masih banyak lagi anak-anak liar yang dipelihara oleh hewan. Seperti Traian Caldarar di Rumania dan Rochom P'ngieng di Kamboja. Dua anak itu tidak kumasukkan ke dalam daftar di atas karena tidak ada kejelasan hewan apa yang mengasuh mereka.
Traian Caldarar kabur karena menjadi korban kekerasan oleh ayahnya, ia ditemukan di sebuah padang rumput di Transylvania. Sedangkan Rochom P'ngieng hilang bersama saudaranya saat menggembalakan kerbau.
Rochom P'ngieng sempat ditemukan di hutan dalam keadaan telanjang dan hanya bisa mengucap tiga kata; “ayah”, “ibu”, dan “sakit perut”. Setelah tiga tahun berkumpul kembali bersama keluarga, Rochom P'ngieng kembali menghilang dan tidak ditemukan hingga sekarang.
Apakah dua anak itu memang dipelihara oleh hewan atau hidup bersama mereka, semua masih sebatas spekulasi yang didasarkan dari kemampuan mereka bertahan hidup bertahun-tahun jauh dari keluarga.
Dilihat dari gerak-gerik mereka yang menyerupai hewan (ketika pertama kali ditemukan), meliputi ketidakmampuan berbicara, tak mengenal bahasa, berjalan dengan tangan dan kaki, dsb. Juga berbagai analisis yang mengarah pada interaksi yang intens dengan hewan seperti anjing atau monyet.
Ritual Nyeleneh di Dunia
Kembali pada ulasan paling awal artikel ini, Gua dan Donald, yang dibesarkan sebagai saudara menunjukkan pada kita bahwa manusia dan hewan diciptakan dengan kondisi fisik yang disesuaikan.
Donald mampu meniru “bicara” Gua, sedangkan Gua tidak bisa bicara seperti manusia. Dari 8 kasus anak liar di atas, 10 jika digabung dengan Traian Caldarar dan Rochom P'ngieng, bisa disimpulkan bahwa manusia memiliki kemampuan lebih untuk meniru dan beradaptasi.
Manusia bisa menjadi hewan, meski secara fisik tidak berubah tapi fungsi fisik menyesuaikan. Sedangkan hewan tidak akan pernah menjadi manusia, karena mereka hanya mengandalkan insting, bukan akal.
Apa buktinya bahwa hewan tidak mungkin bisa jadi manusia?
Sudah sejak ribuan tahun lalu, manusia memelihara bermacam hewan. Ada yang bahkan merawatnya seumur hidup, tapi hewan tetaplah hewan. Meski anjing begitu setia, kucing mau bermanja-manja, nyatanya mereka tetap anjing atau kucing sampai akhir hayatnya.
Bagaimana dengan hewan peliharaanmu, apa mereka bisa update status tiap hari seperti tuannya?
Merinding baca cerita2 di atas, ternyata memang ada manusia yang diasuh oleh hewan dan hidup. Jadi ingat satu film Korea yang berjudul Werewolf Boy, pemerannya So Jong Ki.
ReplyDeleteKepikiran, sesekali boleh juga si kecil ditinggal di hutan 🤣
ReplyDeletehmm kenyataannya tidak seperti di film-film ya anak-anak yang diasuh hewan ini. pasti perlu usaha yang besar banget buat mengembalikan kondisi mereka seperti manusia pada umumnya
ReplyDelete