Ada banyak cerita rakyat dari Jambi. Yang populer di antaranya; cerita rakyat Si Kelingking, Putri Tangguk, dan kumpulan cerita rakyat dari Kota ataupun Provinsi Jambi lainnya.
Ada pula kisah Orang Kayo Hitam, Putri Pinang Masak, Angso Duo, dsb, yang beredar di masyarakat, yang pada akhirnya dianggap sebagai sejarah asal-usul daerah Jambi. Benar tidaknya, bukan di sini tempatnya.
Namanya cerita rakyat, menyebar dari mulut ke mulut. Direka-reka kemudian diambil hikmahnya. Jelas berbeda dengan sejarah yang membutuhkan penelitian dan bukti ilmiah yang valid.
Gak usah ngalor-ngidul, inilah salah satu contoh cerita rakyat dari Jambi yang sepertinya belum diketahui banyak orang. Silakan dinikmati!
Putra Tan Talanai
Dahulu kala, Negeri Jambi dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana bernama Dewa Sekerabah. Orang-orang mengenalnya dengan sebutan Si Pahit Lidah.
Sayangnya, raja yang arif ini tidak memiliki anak. Sehingga saat ia wafat, tidak ada keturunan yang dapat mewarisi tahtanya. Keadaan Jambi menjadi kacau. Rakyat membentuk kelompok-kelompok dan saling bertikai satu sama lain.
Hal ini diketahui seseorang dari negeri yang jauh, namanya Tan Telanai. Dengan kemampuannya, Tan Talanai berhasil menguasai Jambi dan menjadi raja di sana. Kehidupan di Negeri Jambi kembali makmur seperti sebelumnya.
Sayangnya, seperti raja terdahulu, Tan Talanai juga tidak memiliki anak. Ia berdoa setiap hari agar diberi keturunan. Tak bosan ia dan istrinya meminta kepada Tuhan, sampai kemudian doa itu dikabulkan.
Tan Talanai sangat senang, apalagi bayi itu adalah anak laki-laki yang kelak diharapkan dapat melanjutkan pemerintahannya di Negeri Jambi.
Suatu hari, peramal istana berkata kepada Tan Talanai, bahwa kelak anak sang raja akan membunuh ayahnya ketika dewasa. Mendengar hal itu, terkejutlah Tan Talanai. Ia kemudian memerintahkan pembantunya agar menghanyutkan putra satu-satunya itu ke laut.
Istri Tan Telanai sangat sedih, upayanya untuk mencegah perbuatan suaminya tidak membuahkan hasil. Bayi laki-laki yang sudah lama dia idamkan harus dibiarkan begitu saja terombang-ambing di lautan, entah akan hidup atau mati di luar sana.
Di tempat lain, tepatnya Negeri Siam, seorang putri sedang memancing di laut bersama para pengawalnya. Mereka melihat sebuah kotak mengapung di atas laut, maka diambillah kotak itu dan dibuka untuk mengetahui apa gerangan isinya.
Antara terkejut dan senang, sang putri mendapati seorang bayi laki-laki yang sedang tidur di dalamnya. Dari kotak itu diketahui bahwa bayi tersebut adalah putra dari Raja Jambi. Putri Siam, yang belum bersuami, kemudian mengasuh dan membesarkan bayi tersebut hingga dewasa.
Setelah dewasa, putra Tan Talanai bertanya kepada ibunya, kenapa ia tidak memiliki ayah. Dengan berat hati Putri Siam menceritakan sejarah kedatangan sang putra ke Negeri Siam. Ia juga menceritakan keterangan yang ada di kotak bayi dulu, bahwa sang putra adalah anak dari Raja Jambi.
Putra Tan Talanai merasa sakit hati mendengar cerita Putri Siam yang ternyata bukan ibu kandungnya. Ia ingin tahu kenapa orang tuanya tega membuangnya. Tidak hanya itu, putra Tan Talanai pun berniat membunuh sang ayah, karena dari cerita yang berhasil ia himpun, ayahnyalah yang telah memerintahkan pembantu istana agar menghanyutkannya di laut saat masih bayi dulu.
Dengan segala persiapan, berangkatlah putra Tan Talanai ke Negeri Jambi, meskipun Putri Siam telah melarangnya. Ia dan pasukannya menyerang Negeri Jambi yang saat itu masih diperintah oleh ayahnya.
Tan Talanai menyadari bahwa yang datang menyerang negerinya adalah anaknya sendiri, yang ia buang dulu. Setelah bertempur dalam keadaan sama-sama kuat, akhirnya Tan Talanai mengalah. Ia meminta maaf kepada putranya, dan mempersilakan sang anak jika ingin membunuhnya. Tapi sebelum itu, Tan Talanai ingin putranya mendengarkan alasan kenapa Tan Talanai dulu membuangnya.
Maka diceritakanlah tentang ucapan peramal istana yang mengatakan bahwa kelak putra Tan Talanai akan membunuh ayahnya. Pengakuan itu diperkuat oleh kesaksian beberapa orang yang masih hidup saat itu, yang dulu turut mendengar ramalan tersebut.
Putra Tan Talanai pun urung melaksanakan niatnya. Ia memaklumi kekhilafan sang ayah, dan memaafkannya. Anak dan ayah itu berpelukan, perang pun dihentikan. Sejak itu keduanya membangun negeri mereka masing-masing dengan baik dan tidak lagi memercayai ramalan tanpa dasar yang jelas. Karena hidup ini sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, tidak ada satu manusia pun yang tahu pasti, apa yang akan terjadi di masa depan.
Dari cerita rakyat Jambi yang singkat di atas, kalau dipikir-pikir kok mirip kisah Nabi Musa ya? Kebetulan, atau memang dunia ini isinya ya cerita itu-itu saja? Tapi endingnya beda jauh kok!
Misalnya tentang banjir besar. Dari kisah Nabi Nuh sampai mitologi, semua memuat banyak kemiripan. Semacam banjir dunia versi A, versi B, dst. Sebagian dipercaya, sebagian lagi dianggap hiburan semata.
Tentang azab kaum Luth, itu juga banyak kisah yang mirip. Yang terjadi setelah kaum Sodom punah, tapi masih di masa lampau, maupun di zaman modern kini. Mungkin ini yang disebut dengan “sejarah berulang”.
So, untuk cerita rakyat dari Jambi yang sudah “kuhidangkan” di atas, apa hikmah yang bisa diambil?
Saya selalu suka dongeng karena menjadi cara orang tua untuk menyampaikan nasihat
ReplyDeleteLebih mudah dengan media dongeng daripada langsung bilang ke anak anak
dongeng dg cerita rakyat itu sama ya? beneran nanya, hihi. soale klo dongeng kesannya sering gak masuk akal, jd aku gak kasih ke anak sih. khawatir mrk salah paham
DeleteSaya selalu suka dongeng karena jadi cara orang tua mrnyampaikan pesan
ReplyDeleteBeda banget dampaknya kalo anak anak dinasehati secara langsung
Saya baru tahu dongeng ini Mbak, pesan moralnya bagus agar kita tidak percaya pada ramalan. Makasih sharingnya.
ReplyDeletedi Jambi ada daerah namanya Telanai, biasanya sih cerita rakyat agak2 mirip sejarah gitu, tapi entah cocoklogi atau gimana. sejarah melayu Jambi ketemu dg Melayu Thailand (siam) juga ada aslinya
DeleteMenarik cerita tentang ramalan ini. Karena mendengar ramalan, ramalan ini terjadi. Tak bisa terelakkan.
ReplyDeleteWhaaa, INDONESIA ini super duper kayaaaa ya, khazanah cerita rakyatnya warbiyasaakkk dan bisa jadi media untuk meningkatkan bonding antara ortu dan anak.
ReplyDeletemakasiii mba
Aku jadi ingat, dulu jaman masih usia sekolah dasar seringkali ke toko buku danmembeli buku cerita rakyat. Setiap muncul cerita rakyat dari daerah tertentu, aku selalu beli dan akhirnya koleksi.
ReplyDeleteSelalu seru membaca buku cerita rakyat.
Baru tau tentang Dongeng Putra Tan Talanai ini, Mba. Ini bagus untuk ngajarin kita supaya nggak langsung percaya ramalan ya.
ReplyDeletesaya kangen banget dengan dongeng rakyat semacam cerita Tan Telanai ini. dan hikmahnya setelah baca cerita ini..sebaiknya kita jangan percaya ramalan yang ga jelas mba hehe. percaya itu sama Allah saja
ReplyDeleteYa ampun.. Gw ngebayangin ibunya udah hamil cape2, lahiran eh anaknya dibuang. Ga tau apa lahiran sakitnya kyk apa. Coba aja si bapak nggak ngebuang anaknya,pasti si anak ga kepikiran pengen ngebunuh bapaknya kan
ReplyDeletehamil capek, melahirkan capek, menyusui capek, nyekolahin capek, curcol deh, haha!
DeleteSuka dengan bagian akhirnya, tak usah percaya dengan ramalan yang emang ngga jelas dasarnya. Takdir sudah ditentukan Allah, yang bisa diubah, ya diubah sekuat tenaga dengan usaha dan doa. Hmmm serius baru tahu soal Tan Talanai ini.Keren mba
ReplyDeleteKu baru tahu ada dongeng judul ini, malah inget dulu sering banget istirahat di perpustakaan dan rela nggak makan, buat baca buku dongeng pas TK.
ReplyDeleteTernyata semua bisa dikomunikasikan. Hal unik bagi saya dalam cerita ini adalah seorang putri yang memiliki hobi memancing di laut. Negeri Siam itu ada atau tidak? Jadi kepo apakah perempuan disana memang biasa melaut....
ReplyDeletesiam itu thailand. sampe sekarang cewek2 emang suka mancing kan. mancing keributan
DeleteWahh saya baru dengar nih cerita rakyat tentang Tan Talanai ini. Selalu senang bisa mendenagr cerita rakyat dari berbagai daerah karena biasanya punya banyak hikmah di balik ceritanya.
ReplyDeleteDari Tan Tanalai ini sih hikmahnya, tidak usah percaya ramalan deh, karena masa depan kita sendiri yang buat dan tentukan kan.
Makasih lho, saya jadi nambah satu stok dongeng buat ponakan. Hehehe..
Mirip cerita Malin Kundang ya. Untungnya sang anak mau mendengar penjelasan sang ayah, jika tidak maka ramalan peramal istana jadi kenyataan
ReplyDeleteIntinya jangan percaya ramalan. Kalau dari cerita ini, ramalan bisa menjadi nyata karena ia diramalkan. Meskipun logika ceritanya kurang dapat, tapi sebagai cerita rakyat, ada pesan yang tersemat.
ReplyDeleteIyaya...mirip kisah nabi Musa alaihissalam.
ReplyDeleteTapi intinya, kita tidak boleh percaya dengan apa yang belum terjadi. Karena kepercayaan itu yang akan menjadi doa.
Semoga percaya dan berdoa yang baik-baik selalu.
Cerita rakyat daerah memang menarim untuk dikaji dan harus dibagikan ke generasi muda
ReplyDeleteiya ceritanya agak mirip sama kisah nabi Musa ya. cuma di sini akhirnya ayah dan anak malah bersatu. aku malah penasaran sama kisah yang pahit lidah itu jadinya nih
ReplyDeleteSaya baca ceritanya memang sekilas mirip Nabi Musa kk dan cerita rakyat memberikan pandangan baru tentang asal usul Jambi ya kk.
ReplyDeleteAku deg deg an bacanya, syukurnya ayah dan anak ini berakhir bahagia ya, tapi emang bener sih dulu pada percaya sama ramalan
ReplyDeletesudah deg2an, untung saja happy ending ya mbak. Berkaca dari cerita itu, memang seharusnya kita hanya percaya pada diri sendiri & Tuhan yg menciptakan dunia ini.
ReplyDelete