Sebelum kamu baca lebih lanjut tentang cara menulis cerpen yang menarik, kamu tau kan kalau blog ini menerima kiriman cerpen dari pembacanya? Harus dari pembaca iluvtari, sebab nggak sedikit cerpen yang masuk tidak memenuhi syarat yang sudah kutuliskan di halaman ini. Cek baik-baik sebelum kirim, ya!
Kalau kamu sudah keliling di menu Sastra, terutama artikel-artikel yang dilabeli “cerpen”, selain tau cara kirim (syarat dan ketentuan cerpen) kamu juga bakal tau contoh cerpennya. Ditambah dengan info dari artikel ini, insyaallah makin oke. Semoga!
Cara Menulis Cerpen yang Baik
Ciri cerpen yang baik adalah memenuhi standar umum sebuah karya fiksi. Kita berkiblat ke pelajaran mengarang saat SMP, ya! Cerpen harus memiliki unsur intrinsik (unsur yang ada di dalam cerpen itu sendiri) dan ekstrinsik (unsur di luar karya).
Unsur intrinsik meliputi:
- Tema: topik cerpen.
- Tokoh: karakter di dalam cerita, protagonis dan antagonis.
- Alur/plot: runtutan cerita; terdiri dari alur maju, mundur, dan alur campuran.
- Latar/setting: meliputi waktu, tempat, cuaca, dsb.
- Sudut pandang/point of view (pov): penyebutan tokoh utama oleh pengarang, bisa aku/saya, dia, atau kamu/kau/Anda.
- Gaya bahasa: disesuaikan dengan genre, bisa gaya bahasa populer, puitis, dll.
- Amanah: pesan yang ingin disampaikan pengarang. Ada yang tersurat (dinyatakan secara lugas), ada pula yang tersirat (disajikan tersamar).
Unsur ekstrinsik antara lain: Latar belakang masyarakat, latar belakang pengarang, dan nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen.
Cara Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Sebenarnya subjudul di atas agak ambigu ya, Gengs. Cerpennya yang berdasarkan pengalaman pribadi, atau cara menulis cerpennya yang sesuai dengan pengalaman pribadiku? Kita ambil keduanya aja.
Kalau ceritanya yang berdasarkan pengalaman pribadi, pernah kutulis di sini. Sedangkan pengalaman menulis cerpen yang pernah kulakukan, ada poin-poin penting yang menurutku harus diingat:
Batasi Jumlah Tokoh
Karena cerpen itu terbatas maksimal 12 halaman, idealnya kamu memang tidak memasukkan banyak tokoh di dalamnya. Apalagi jika tokoh itu karakternya mirip-mirip atau malah sama saja. Misalnya kamu membuat cerpen dengan latar kelas, gak perlu seisi kelas kamu tampilkan.
Cukup tokoh utama dan beberapa tokoh pendukung cerita. Penghuni kelas lainnya sebut saja teman-teman. Batasi maksimal empat tokoh cerita. Jika memang benar-benar kurang, sebaiknya tidak lebih dari enam orang.
Sudut Pandang dan Gaya Bahasa yang Konsisten
Sering terjadi, pengarang menulis “aku” untuk kata sapa tokoh utamanya, tapi di paragraf berikutnya tiba-tiba jadi “saya”. Padahal dalam konteks yang sama, bukan karena menyesuaikan dialog dsb.
Bahkan lebih parah lagi, ada yang berubah sudut pandang jadi “dia”. Berarti setelah menulis, karyanya tidak dibaca lagi untuk proses editing.
Begitu pula dengan gaya bahasa. Dari yang serius jadi renyah maupun sebaliknya, itu akan membuat mood pembaca ikut berubah. Yang tadinya menikmati, habis itu dilepeh lagi. Kita memang menulis cerpen tidak dalam waktu yang singkat, kadang terjeda hingga beberapa hari, yang itu membuat suasana hati kita berbeda dan terbawa dalam satu cerita yang sama.
Masalahnya, pembaca membaca karya kita sekali duduk. Bukankah begitu makna cerpen menurut Edgar Allan Poe?
Logika Cerpen Tidak Mengambinghitamkan Imajinasi
Ada berbagai genre cerpen. Apalagi dalam menulis kreatif, tidak ada aturan baku yang wajib dipatuhi siapa pun terkait karya yang akan ia hasilkan. Ada cerpen horor, fantasi, epic, dll. Tapi … pembaca kita adalah orang yang punya akal.
Jadi buatlah cerita yang logis sesuai genrenya. Kalau kamu membuat cerpen tentang naga, pembaca gak akan keberatan waktu tokohnya jatuh dari ketinggian 10 meter tapi tetap hidup. Naga dekat dengan sihir. Keduanya sama-sama tak masuk akal, orang tinggal bilang, “Namanya juga imajinasi!”
Tapi kalau kamu membuat cerpen romantisme sekolah, kemudian tokoh cowok menyatakan cinta dengan naik burung garuda, pembaca emosi! Imajinasi sih imajinasi, tapi pakai nalar juga!
Cara Membuat Cerpen yang Menarik untuk Dibaca
Contoh cerpen yang benar seliweran di media mana saja. Tapi yang benar itu belum tentu menarik, kan? Dan menarik itu sendiri lumayan relatif. Buku best seller sekalipun, tidak semua orang sepakat kalau itu karya yang bagus.
Setidaknya ada empat saranku untuk kamu bisa menghasilkan cerpen yang menarik, alih-alih cerpen yang baik dan benar. Gak usah dihafal. Praktikkan saja!
1. Lakukan pengamatan.
Terutama jika kamu menulis cerpen yang beda dengan keseharianmu, penting sekali untuk memastikan bahwa karyamu nggak terlalu mengada-ada. Misalnya kamu menulis cerpen tentang guru SD di pedalaman, sementara kamu bukan guru dan tinggal di kota yang ramai.
Maka perlu kamu pelajari baik-baik bagaimana karakter guru SD, bagaimana kondisi pedalaman yang dimaksud, dll. Jangan bersandar pada perkiraaanmu saja, harus ada semacam “dalil” yang menguatkan.
2. Baca cerpen bagus.
Prinsip yang tidak akan ditolak penulis mana pun; sebelum menulis, kamu harus membaca! Kalau menulis itu ibarat menuangkan ide, maka membaca adalah proses menyerap ide yang kemudian kamu olah sebelum dituangkan.
Jadi kalau ada penulis yang gak suka baca, kira-kira apa yang dia tuangkan? Zonk. Membaca karya yang (menurutmu) bagus, dapat menginspirasimu menghasilkan karya yang bagus juga. Tak usah khawatir dengan penilaian orang, semua butuh proses.
3. Urutan efektif: konflik, ending, buka.
Kalau kamu tiba-tiba punya ide cerita untuk dijadikan cerpen, jangan buru-buru menuliskannya. Siapkan dulu ending dari konflik yang kamu punya, baru mulai menulis terserah dari bagian mana.
Konkretnya begini. Dalam perjalanan pulang, kamu melihat seekor monyet. Lalu terbitlah ide untuk membuat cerpen tentang sekelompok monyet yang merampok manusia. Kamu simpan dulu ide itu dengan menuliskannya di HP atau buku catatan.
Menjelang mulai menulis, entah sedang cuci piring, makan, atau hal apa pun yang kamu lakukan sendiri, kamu pikirkan dulu, apa penutup dari rencana cerpenmu. Apakah monyetnya ternyata siluman, atau monyet asli yang bermutasi, atau akan jadi kisah fantasi negeri monyet menyerupai film Planet of Apes.
Setelah dapat, kamu ketikkan rencana ending itu. Dengan begini, akan lebih mudah untuk memilih pembuka cerpen dan menjadikannya gak bertele-tele. Kamu bisa mulai langsung dengan seseorang yang bertemu gerombolan monyet.
Kamu bisa buka cerpen dengan si tokoh yang bersiul dalam perjalanannya seorang diri, dialog tokoh dengan dirinya sendiri, penggambaran awan di langit, …. Buka dengan obrolan para monyet, deskripsi udara, tanah, … apa saja. Asal jangan dimulai dengan bangun tidur lalu sarapan! Kejauhan.
4. Baca lagi sebelum posting/kirim.
Jangan kepedean selesai tulis langsung posting/kirim ke media. Baca dulu, cek kata-kata yang rancu. Tapi jangan juga kelewat insecure dengan bolak-balik baca tapi gak kunjung action, nanti kamu muak sendiri dengan karyamu. Jadilah kaum tengah-tengah!
Minimal kamu sudah menempatkan “di” di tempat yang benar. Dipukul, di rumah, dibesarkan, di sini. Tau kan bedanya? Jangan bikin pembacamu ilfil jika aturan seremeh itu belum kamu kuasai. Selebihnya tinggal kamu nilai, apakah cerpenmu bisa dinikmati?
Oke Gengs, cara menulis cerpen di atas wajib banget kamu kuasai sebelum kirim cerpen ke sini. Terutama bagi kamu yang masih pemula. Kalaupun bukan untuk iluvtari, kamu bisa kirim atau pajang di mana saja. Insyaallah info ini bermanfaat untuk kamu yang menyukai dunia cerpen. Percaya deh!
Ilustrasi gambarnya bagus ka gmn cara buatnya njih?
ReplyDeletepake canva
DeleteKalau banyak tokoh emang kadang bikin rumit juga yah,saya sudah lama gak nulis cerpen. Alhamdulillah baca tipsnya jadi pengen nerapin dan nulis lagi
ReplyDeleteApalagi sekarang kan banyak aplikasi cerita fiksi, kayak KBM, dll itu.
ReplyDeleteHmm, buat yg jago ngefiksi, bikin cerpen, dll, bisa bangeett nih gabung jadi author di sana, ye kan?
Buat cerpen dikasih ilustrasi gambarnya pasti jadi makin menarik pas di baca ya.
ReplyDeleteApalagi kalau di awal baca udah bikin penasaran, udah pasti bakal baca cerpen nya sampai habis.
Buatku bikin cerpen memang bukan perkara gampang meskipun dulunya sih lebih sering nulis cerpen..
ReplyDeleteYang masih susah menurut saya pas mau menentukan judul. Mau banyak kata atau singkat saja? Suka mandeg dari sana...
ReplyDeleteaku seringnya pilih kata yg singkat, kadang malah gak ada di cerpennya. dan itu bikin yg baca marah, wkwk!
Deleteingin banget saya membuat cerpen , minimal sekali sebulan
ReplyDeletekarena saya parah banget menulis fiksi
padahal fiksi punya nilai lebih, bisa dibaca kapanpun tidak terbatas waktu
Nahhh ini nih yang aku butuhkanm sosle aki ga bisa bikin cerpe.ln. aku orangnua ga bisa ngefiksi
ReplyDeleteSetuju banget dengan pengamatan, Kak. Kalau berbasis data atau inspirasi nyata, biasanya cerpen makin keren. Kayak cerpen Joni Ariadinata dan Triyanto Triwikromo. Aku suka gaya bahasa mereka. Dan ini juga kelemehanku pas pengin bikin cerpen yang bermutu. Perasaan udah baca cerpen yang bagus, eh pas bikin sendiri kok alurnya ngelantur hehe. Pengin banget bikin cerpen lagi biar bs dimuat di koran walaupun lokal.
ReplyDeletewahh pas banget aku mampir kesini
ReplyDeletelagi ada tugas bikin cerpen nih,
penjelasannya sangat lengkap dan jelas mbak, sekarang aq makin PD menyelesaikan PR cerpenku
sudah lama nggak bikin cerpen. padahal dulu lumayan produktif diriku nulis fiksi. sekarang kaku banget kalau mau nulis cerpen. huhu
ReplyDeleteJadi nyadar, sejak serius ngeblog, saya jadi nggak pernah lagi bikin cerpen. Kayaknya sudah sekian purnama deh! Hehehe... Padahal dulu hobi banget bikin cerpen anak.
ReplyDeleteKalau bikin cerpen aku suka melebar kemana-mana, jadinya halaman makin panjang. Mau di potong atau dihapus sayang.
ReplyDeletenah itu karena gak nyiapin ending di awal. menurutku ending itu ibarat outline, dia menjaga kita supaya tau tujuan, jd gak melebar ke mana2
DeleteAku mau komentar yang sama dengan Dian.
ReplyDeleteSoalnya sedang ada tugas bikin cerpen dari komunitas menulis.
Hanya saja, tantangan menulis cerpen ituu....sesuatu yaa.. Bagaimana menghidupkan masing-masing karakter agar nyaman dibaca dan pesan apa yang ingin disampaikan.
Keren kak...tipsnya.
Pelan-pelan dicoba.
Sudah 15 tahun aku nggak nulis cerpen. rasanya buntu ehehe. Terimakasih informasinya mbak. Ini jadi seperti membuka kenangan lama untuk kembali bisa asah bakat nulis cerpen. hehe
ReplyDeleteCocok ini siapa tau dengan mengikuti berbagai panduan ini bisa bikin cerpen karya sendiri
ReplyDelete