Jangan kelewat banyak membaca berita buruk, apalagi di masa pandemi ini. Khawatirnya kamu mengalami gejala anxiety disorder atau gangguan kecemasan, tapi tidak menyadarinya. Ya kan.
Anxiety disorder adalah rasa cemas berlebihan yang mengganggu mental seseorang. Normalnya orang merasa khawatir dalam durasi yang tidak lama, atau tidak selalu merasa cemas akan banyak hal. Tapi orang dengan gangguan kecemasan bisa merasakan lebih dari itu. Alhasil, anxiety disorder juga digolongkan sebagai penyakit mental.
Penyebab Gangguan Kecemasan atau Anxiety Disorder
Menurut National Institute of Mental Health (Institut Kesehatan Mental Nasional AS), penyebab anxiety disorder adalah faktor genetik dan lingkungan. Sementara pada remaja, penyebab anxiety ditambah lagi dengan kondisi hormon mereka yang kurang stabil.
Dengan mengetahui penyebabnya, kita bisa menghindarkan diri dari gangguan kecemasan. Tapi seberapa jauh rasa cemas yang kita miliki bisa tergolong anxiety disorder? Cek ciri ciri gangguan kecemasan di bawah!
Gejala Gangguan Kecemasan
Berikut 10 gejala anxiety disorder yang perlu kamu waspadai, untuk kemudian diatasi.
1. Kekhawatiran yang berlebihan.
Kalau kamu khawatir kebanjiran di musim hujan karena rumahmu berada di dataran rendah, itu sangat normal. Tapi jika kamu mengkhawatirkan keuangan, kesehatan, keluarga, dan berbagai hal secara umum dalam jangka waktu yang panjang hingga kehilangan fokus, itu sama sekali tidak normal.
2. Masalah tidur.
Kecemasan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan tidur, sebaliknya, gangguan tidur bisa menyebabkan kecemasan. Jadi dua hal ini memang akan selalu berkaitan, tanpa bisa diketahui lebih awal apakah masalah tidur menjadi gejala anxiety disorder atau justru sebaliknya.
3. Ketakutan irasional.
Jika rasa takut menjadi berlebihan dan tidak rasional, maka itu sudah masuk pada tahap fobia. Kadang kita tidak menyadari bahwa kita mengalami fobia selama bertahun-tahun. Fobia ular, misalnya, bukan hanya berarti kita akan gemetar ketika melihat ular. Saat kita melarang keras anak/adik pergi ke kebun karena khawatir mereka bertemu ular, maka itu bisa digolongkan pada fobia ular.
4. Ketegangan otot.
Kurang gerak jelas lebih bisa menyebabkan ketegangan otot. Untuk membedakannya dengan gejala gangguan kecemasan yang tidak disadari, ketegangan otot karena anxiety juga disertai dengan perasaan gelisah dan mudah tersinggung.
5. Gangguan pencernaan kronis.
Perutmu mual saat hendak ujian lisan, mendadak mulas karena dipanggil atasan. Itu masih tergolong normal, kecuali jika gangguan pencernaan bersifat kronis, yakni terjadi terus menerus dalam jangka waktu yang panjang.
6. Demam panggung.
Kalau kamu mengalami demam panggung, apa yang kamu lakukan? Latihan dong! Bedanya dengan orang yang mengalami anxiety disorder, latihan tidak akan mengurangi kecemasan yang mereka rasakan.
Bahkan gangguan kecemasan yang dialami bisa berhari-hari hingga berpekan-pekan dari hari H. Lebih dari itu, jika pun seseorang dengan anxiety berhasil melaluinya, ia masih merasa tidak nyaman. Gak normal, kan.
7. Overthinking.
Kalau kita melihat orang yang sulit membaur di lingkungan baru, biasanya kita akan menyimpulkan ia adalah seorang introvert. Kemungkinan kesimpulan itu benar, kecuali jika kamu adalah orang tersebut, dan kamu merasa semua mata tertuju padamu ketika berada di antara orang-orang baru, sehingga membuatmu resah tak terkendali.
Bisa jadi bukan kepribadian introvert, tapi kamu mengalami gejala gangguan kecemasan atau anxiety disorder, tapi tidak menyadarinya.
8. Serangan panik karena trauma.
Trauma bisa menyebabkan banyak gangguan mental, tak hanya anxiety. Contohnya, jika seseorang melewati suatu tempat yang dulu ia pernah mengalami hal tak menyenangkan di sana, maka akan terjadi serangan panik yang tidak biasa. Jantung berdetak lebih cepat, keringat dingin, lemas, sakit dada, sampai mati rasa.
9. Perfeksionis dan kompulsif.
Kamu mungkin sudah tak asing dengan OCD (Obsessive Compulsive Disorders) dan PTSD (Post Traumatic Stress Disorders), perfeksionis dan kompulsif ini juga merupakan ciri dari dua penyakit mental tersebut. Memang gejala penyakit mental yang satu dengan yang lain sering kali mirip, sehingga kamu memang sebaiknya menemui ahlinya, tidak semata-mata berpegang pada hasil pencarian Google. Termasuk jika hasil pencarianmu mendarat ke blog ini.
Orang perfeksionis punya standar kesempurnaan di atas keumuman, sehingga kerap menyusahkan diri sendiri. Sementara kompulsif secara umum adalah sering mengulang-ulang perbuatan tanpa alasan yang jelas.
10. Meragukan diri sendiri.
Diawali dengan perasaan ragu pada suatu hal, prasangka buruk, hingga was-was, seseorang yang terlalu sering bimbang pada sebuah fakta bisa saja tengah mengalami gangguan kecemasan, namun tidak menyadarinya.
Biasanya mereka meragukan dirinya sendiri, apakah ia benar-benar mencintai pasangannya, apakah ia benar-benar punya orientasi seks yang normal, sampai kemudian pertanyaan-pertanyaan itu justru menjadi obsesi untuk ia buktikan.
Bangkit dari Anxiety
Apakah anxiety bisa sembuh? Masih menurut National Institute of Mental Health, pengobatan gangguan kecemasan dapat dilakukan dengan psikoterapi, obat-obatan, dan atau perpaduan keduanya.
Apa itu psikoterapi? Menurut KBBI, psikoterapi adalah cara pengobatan dengan menggunakan pengaruh (kekuatan batin) dokter atas jiwa (rohani) penderita, dengan cara tidak menggunakan obat-obatan, tetapi dengan metode sugesti, nasihat, hiburan, hipnosis, dan sebagainya.
Kata kuncinya ada di rohani, yakni sisi spiritual. Jadi untuk mengobati gangguan kecemasan atau anxiety disorder (dan penyakit mental lainnya) adalah dengan meningkatkan religiositas serta berkonsultasi pada psikolog atau psikiater, atau keduanya sekaligus.
Silakan cek, apakah kamu atau orang di sekitarmu tengah mengalami satu atau beberapa dari 10 gejala anxiety disorder di atas? Jika ya, jangan tunda untuk mengobati gangguan kecemasan yang dialami. Sebab dari gangguan mental, bisa beralih ke gangguan jiwa loh!
Kecemasan berlebihan ini emang perlu diwaspasai yah mengingat dampak burukbya bagi tubuh dan jasmani. Thanks you sharingnya kak
ReplyDeleteApalagi pas pandemi gini ya Kak
ReplyDeleteNamanya overthinking tuh kok syusyaahhh buat dihindar.
semangat buat kita semua
sehaaattt2 selalu yak.
saya ngalamin kecemasan selama pandemi
ReplyDeletekecamasan yang gak mendasar, akhirnya banyak berdoa dan bekerja agar kecemasan hilang
Saya Mbak, tiap hujan, selalu ketakutan. Soalnya sering mengalami hal nggak mengenakkan saat hujan. Mulai dari beberapa kali jatuh dari sepeda motor waktu hujan, atau pernah rumah bocor dan bajir sampai kewalahan. Jadinya setiap hujan, meski di tempat yang nyaman sekalipun, saya selalu was-was.
ReplyDeleteTerima kasih kak sudah mengingatkan. Cemas itu boleh yakan tapi semoga gak berlanjut. Tapi sering kali ada juga yang drama, cemas dikit lalu mendiagnosis diri sendiri. Itu juga bahaya
ReplyDeleteSepakat banget ini ya, kalau ada gangguan kecemasan segera cek deh jangan menganggu aktivitas. Biasanya emang kalau aku cemas, aku susah tidur.
ReplyDeleteSaya juga pernah mengalami ketakutan dan cemas berlebihan, ketakutan sepele banget.. takut gelap.., sampe sekarang hal itu belum hilang KK..
ReplyDeleteAku pernah merasakan kecemasan yang luar biasa setelah meninggalnya mamahku. Tapi, saat ini aku sudah berusaha berdamai dengan keadaan.
ReplyDeleteIni triggernya jelas yaa..
ReplyDeleteKalau sudah sampai tahap Anxiety disorder, maka membutuhkan terapi yang baik dari diri sendiri bila tidak ingin menghubungi tenaga ahli.
Tanpa di sadari aku sering sih merasa cemas berlebihan bahkan mengganggu mental. Pernah sampai sangat marah dan aku seperti kerasukan gitu. Rasanya emosi berlebihan. Sempat minta sama suami untuk aku dibawa ke psikolog dan psikiater juga untuk detail lebih lanjutnya.
ReplyDelete