Sebagai muslim, cerita Ashabul Kahfi mungkin bukanlah kisah yang asing di telingamu. Sejak kecil kita sering mendengar tentang sejumlah pemuda yang tidur di dalam gua selama bertahun-tahun. Tapi coba baca ulang kisah Ashabul Kahfi berikut ini, barangkali ada info yang belum pernah kamu dapatkan sebelumnya.
Arti Ashabul Kahfi dan Lokasi Sejarahnya
Ashabul Kahfi artinya penghuni gua, diambil dari bahasa Arab (bahasa Al-Qur’an). Meski demikian, kisah Ashabul Kahfi juga dikenal di kalangan Yahudi, dan tertulis di Injil. Dalam Kristen, The Seven Sleepers dianggap mitos, meski dulu sempat diadakan berbagai ritual untuk menghormati “7 santo”, para pemuda gua versi mereka.
Kisah Ashabul Kahfi menceritakan tentang tujuh orang pemuda yang meninggalkan harta dan jabatan dengan bersembunyi di dalam gua, demi menyelamatkan keimanan pada Tuhan yang Esa (menjaga tauhid).
Ada banyak versi yang mengisahkan tentang 7 pemuda tersebut, juga tempat di mana hal itu terjadi. Setidaknya ada 33 lokasi di dunia yang pernah diperkirakan sebagai gua tempat Ashabul Kahfi tertidur.
Ilmuwan muslim (tentu saja) lebih berpegang pada keterangan Al-Qur’an dan hadits, serta informasi yang didapat dari beberapa sahabat Nabi yang pernah melewati tempat tersebut. Berdasarkan berbagai penelitian, maka gua di wilayah Ar-Rajib dianggap paling mungkin sebagai tempat kejadian luar biasa puluhan abad lampau itu.
Gua Ashabul Kahfi terletak di negara Yordania, tepatnya di wilayah Ar-Rajib, 1,5 km dari timur Kota Abu Alanda. Untuk selanjutnya, gua dan sekitarnya disebut Situs Ar-Raqim. Kamu merasa kagum gak sih, bagaimana kisah yang terjadi bahkan sebelum Nabi Isa ‘alayhissalam diutus, bisa sampai kepada kita?
Kalau dilihat dari perkembangan teknologi, ya nggak aneh-aneh amat. Wong Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam saja, tanpa TV dan internet, bisa mengetahui kisah Ashabul Kahfi 14 abad silam! Padahal hal itu terjadi 5 abad sebelum beliau lahir.
Jelas saja, semua itu karena Allah yang mengabarkan lewat Al-Qur’an. Kisah Ashabul Kahfi dapat ditemukan dalam surah Al-Kahfi ayat 1-31. Di antara keterangan Al-Qur’an yang menjadi petunjuk letak gua Ashabul Kahfi adalah ayat berikut:
Surah Al-Kahfi Ayat 17
Arkeolog Yordania, Rafiq Wafa Ad-Dujaniy, menemukan bahwa celah pada gua di Ar-Rajib yang sebelah selatan mengarah ke barat daya. Jika seseorang berdiri di dalam gua pada waktu sore, posisi sinar matahari bergerak ke arah kanan, dan menyorot orang yang berdiri, serta memberi ruang untuk melihat ke arah pemandangan luar gua.
Sementara di waktu tengah hari, sinar matahari tidak memasuki gua. Di waktu matahari terbenam, sinarnya sedikit dan sesaat saja memasuki gua. Hal tersebut sama persis dengan keterangan ayat di atas.
Surah Al-Kahfi Ayat 21
Sisa-sisa bangunan bersejarah telah ditemukan di atas gua di Situs Ar-Raqim. Bangunan itu dulunya merupakan semacam gereja, dan beralih fungsi menjadi masjid pada masa kekuasaan Islam. Di dalam gua juga ditemukan kuburan yang dibangun di atas batu, kerangka anjing, beberapa keping uang kuno, cincin, gelang, dan bejana.
Kisah Ashabul Kahfi Menurut Islam
Dalam kitab Fadha'ilul Khamsah minas Shihahis Sittah, disebutkan bahwa tiga orang pendeta Yahudi mendatangi Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Mereka hendak menguji Umar dengan beberapa pertanyaan. Oleh Umar, dipanggillah Ali karamallahu wajhah untuk meladeni mereka.
Salah satu hal yang ditanyakan para pendeta adalah cerita tentang Ashabul Kahfi. Maka Ali, yang mana Rasulullah pernah menceritakan kepadanya secara detail tentang tujuh pemuda tersebut, lalu menyampaikannya kepada mereka. Pada akhirnya ketiga pendeta itu membenarkan apa yang disampaikan oleh Ali (karena sesuai dengan yang mereka baca di Taurat), dan ketiganya kemudian masuk Islam.
Inilah kisah Ashabul Kahfi yang didapat Ali dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam:
Diceritakan bahwa di suatu daerah yang dikuasai Romawi, Raja Dikyanus (Decius), sebagaimana raja zalim pada umumnya dalam sejarah, menganggap dirinya adalah Tuhan. Dikyanus memiliki para penasihat yang pandai dan masih berusia muda.
Para penasihat itu antara lain Tamlika, Miksalmina, Mikaslimina, Martelius, Kalisius, dan Sidanius. Setelah mengetahui bahwa Dikyanus mengklaim dirinya sebagai Tuhan, keenam pemuda ini berembuk. Sebab pada dasarnya akal dan hati mereka tidak dapat menerima, bagaimana mungkin Tuhan membutuhkan mereka sebagai penasihat.
Maka diputuskanlah untuk pergi menjauh dari Raja Dikyanus, karena berdasarkan pengalaman hidup di lingkungan istana, menentang raja sama saja dengan bunuh diri. Para penasihat raja inilah yang nantinya disebut dengan Ashabul Kahfi.
Di sumber lain nama-nama Ashabul Kahfi ada yang cukup berbeda, tapi umumnya nama Tamlika tercatat dengan perbedaan huruf yang sedikit saja.
Tamlika dan lima sahabatnya pergi meninggalkan rumah beserta segala kekayaan yang pernah mereka miliki selama menjadi penasihat raja. Sebelum berangkat, mereka sempat menjual kurma dan menerima pembayaran. Uang itulah yang nantinya membuat mereka diketahui berasal dari masa tiga abad lampau.
Dalam perjalanan, keenam orang ini bertemu dengan seorang penggembala bersama anjingnya. Sang penggembala mengenali mereka sebagai “bukan orang biasa”, maka ia menanyakan perihal Tamlika dan teman-temannya. Untuk apa orang dengan penampilan yang baik berada di tempat yang tidak biasanya?
Setelah diceritakan, sang penggembala akhirnya bergabung bersama Tamlika, dan membawa serta anjingnya. Dialah yang kemudian menunjukkan tempat persembunyian yang cocok untuk mereka, yakni sebuah gua yang di depannya tertutup air terjun.
Jadi, nama 7 pemuda Ashabul Kahfi adalah:
- Tamlika
- Miksalmina
- Mikaslimina
- Martelius
- Kalisius
- Sidanius
- Falyastathyunis (penggembala) dan Qithmir (anjing yang akan masuk surga).
Di dalam gua, ketujuh pemuda ini tertidur. Sementara Qithmir menjaga di luar (dekat mulut gua). Pada waktu mereka bangun, hari sudah terang, dan air terjun sudah tidak ada lagi. Dari situ keganjilan sudah terasa.
Sebagai ketua rombongan, Tamlika kemudian keluar dari gua untuk membeli makanan. Dalam perjalanan ia merasa banyak sekali perubahan. Bahkan ketika memasuki pasar, banyak orang yang tidak dikenalinya. Tibalah saat ia membeli roti dan menyerahkan uang hasil penjualan kurma.
Penjual roti keheranan melihat “uang kuno” pemberian Tamlika, dan mengajaknya bertemu raja. Sesuai keterangan di dalam Al-Qur’an, Ashabul Kahfi berada di dalam gua selama 309 tahun. Terjadi perdebatan di antara Tamlika dan penjual roti, yang pada akhirnya ia setuju untuk dibawa ke istana.
Tiba di istana, Tamlika makin heran, karena rajanya bukan lagi Dikyanus. Maka ia dalam perbincangannya dengan Raja (yang baru), diputuskan untuk mendatangi rumahnya yang dulu bersama pasukan istana.
Dari rumah yang dulu merupakan tempat tinggal Tamlika, keluar seorang kakek yang sangat renta. Kepada si kakek, utusan istana menyampaikan permasalahan mereka. Lalu ditanyakanlah pada Tamlika, siapa namanya.
“Aku Tamlika, putra Filinstin,” jawab Tamlika.
Maka si kakek serta merta bersujud. “Dialah kakek buyutku yang diceritakan (Nabi) Isa! Mereka akan bangkit, yang selama ini mendiami gua,” katanya.
Lalu Tamlika diarak penuh kehormatan. Raja dan pasukan mengantarnya kembali ke gua, hendak bertemu dengan enam pemuda lainnya. Tamlika menolak, ia khawatir teman-temannya mengira iring-iringan Raja adalah Dikyanus yang hendak menangkap mereka.
Maka Tamlika menuju gua seorang diri, Raja dan pasukan menunggu di bawah bukit. Kepada teman-temannya, Tamlika menceritakan apa yang terjadi. Salah seorang dari mereka menyarankan agar Tamlika dan yang lain tidak usah turun, karena khawatir dikultuskan.
Mereka sepertinya memahami bagaimana awal mula manusia menyembah berhala. Yakni menyanjung manusia lain berlebih-lebihan, lalu membuat patungnya, untuk kemudian dipertuhankan. Akhirnya, ketujuh pemuda tersebut meminta kepada Allah agar keberadaan mereka ditutup dari pandangan manusia.
Berhari-hari Raja dan pasukannya mencari gua tempat Tamlika dan teman-temannya, tapi tidak ditemukan. Apakah Situs Ar-Raqim benar-benar merupakan gua Ashabul Kahfi? Allahua’lam. Yang paling utama bukanlah tempat di mana peristiwa itu terjadi, tapi bagaimana kita mengimani dan mengambil pelajaran dari kejadian tersebut.
Keteladanan Ashabul Kahfi
Ada banyak hikmah yang dapat diambil dari peristiwa yang kuurai di atas. Bukan sekadar mengetahui nama anjing Ashabul Kahfi, nama raja, tahun, dsb, seperti kita mempelajari sejarah di sekolah dulu.
Misalnya dari doa Ashabul Kahfi, kita dapat mengambil hikmah bagaimana mereka berdoa ketika menghadapi kesulitan. Yang diminta adalah rahmat dan petunjuk, bukan hal-hal rinci "mengatur Tuhan" sebagaimana yang kerap diajarkan para motivator. Apalagi meminta dunia, yang sering kita lakukan. Walau itu tidak dilarang.
Keteladanan Ashabul Kahfi berikutnya antara lain:
- Orang yang masih muda biasanya lebih condong pada sikap mencintai dunia, alih-alih memikirkan Tuhan. Namun tidak demikian dengan Ashabul Kahfi, mereka adalah para pemuda yang saleh.
- Begitu kuatnya keimanan Ashabul Kahfi pada Allah, sehingga lebih memilih mengasingkan diri padahal sebelumnya hidup berkecukupan.
- Selain tidak ingin melakukan kesyirikan, mereka juga tak mau orang lain berbuat syirik. Daripada dikultuskan, mereka lebih memilih ditutup dari penglihatan manusia (saat itu).
- Keteladanan Ashabul Kahfi berikutnya adalah kebiasaan mereka bermusyawarah. Ini juga merupakan kebiasaan dalam Islam, memutuskan sesuatu dengan cara berembuk.
- Karena hasil musyawarah itulah mereka mampu memperhitungkan kemungkinan untuk menyelamatkan iman tanpa harus kehilangan nyawa. Hikmahnya, mereka cerdas!
Masih banyak keteladanan Ashabul Kahfi lainnya yang belum tersebutkan di sini. Barangkali kamu bisa menambahkan? Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah Ashabul Kahfi dan mengaplikasikan keteladanan mereka, aamiin.
MasyaAllah, kisah Ashabul kahfi ini memang sangat menguji ketaatan kita kepada Allah, terima kasih atas penjelasannya, semoga bisa mengambil hikmahnya
ReplyDeleteTerharu banget bacanya. Bahkan mikirin orang lain supaya nggak syirik. Luar biasa banget
ReplyDeleteKisah ini sudah nggak asing, tapi tetap menyentuh hati baca berulang-ulang juga
ReplyDeleteMasha Allah.. Terima kasih cerita detailnya.. Yang saya baca slama ini belum sedetail ini.. Mksh mb tari..
ReplyDeleteMerinding mendengar cerita ini. Sungguh kalau Allah menghendaki, orang yang tertidur ratusan lamanya tetap bisa terbangun dengan sehat layaknya hanya tidur semalam. Bukti kekuasaan Allah yang diabadikan dalam kisah Alquran
ReplyDeleteKisah Ashabul kahfi ini menunjukkan kekuasaan Allah dan sejatinya meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT
ReplyDeleteCerita Ashabul Kahfi ini memang benar-benar epik. Ketujuh pemuda itu bukan orang biasa, mereka adalah bangsawan, tapi mau meninggalkan kenyamanan demi melindungi iman
ReplyDeleteEh, keenam maksudnya. Yang ketujuh ada pengembala
ReplyDelete